
Pemerintah Kabupaten Trenggalek kian serius menyelesaikan penanganan sampah di daerahnya. Bila sebelumnya Bupati Trenggalek melauncong aplikasi program Sangu Sampah dalam kegiatan sosialisasi Perda RPJMD tahun 2025-2030 di Gedung Serbaguna Desa Malasan, Kecamatan Durenan kini Ibu Novita Hardini SE., ME., Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek yang juga Anggota DPR RI Dapil VII Jatim melakukan Soft Launching Program Perempuan Sarinah (Selesaikan Sampah Organik dan Limbah), di Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Bersama Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek.
Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan sampah di Kabupaten Trenggalek. Bahkan dari aktivitas ini bisa berdampak nilai ekonomi bagi masyarakat. Sangu Sampah maupun Program Perempuan Sarinah memiliki peranan yang berbeda dan saling melengkapi antara keduanya.
Bila Sangu Sampah mengajak pelajar di Trenggalek untuk menjadi Pioneer bagi setiap keluarga memilah sampah anorganik untuk dibawa ke sekolah yang nantinya ini bisa dikonversi menjadi uang saku bagi mereka, Perempuan Sarinah lebih kepada menyelesaikan sampah non organik di setiap rumah tangga menjadi pupuk organik padat maupun cair. Sebagai pelaksananya nanti adalah Kelompok Wanita Tani yang ada di daerahnya masing masing.

Sedangkan untuk sampah elektronik nanti akan dikelola relawan Sepeda Keren. Sementara untuk minyak jelantah akan dikelola oleh PKK. Jadi semua sudah dipilah sehingga nanti tidak berebut sampah antara satu dengan yang lainnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek, Ibu Novita Hardini, SE., ME., yang juga anggota Komisi VII DPR-RI saat Soft Launching Program Perempuan Sarinah ini mengatakan, "ide Perempuan Sarinah sendiri berawal dari kesadaran bahwa hari ini kita sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tidur tidak tenang, kapan bencana hadir. Kadang kita menunggu hujan dan hujan itu kita nilai sebagai berkat, tapi terkadang kita juga takut hujan itu bisa menjadi banjir. Sehingga berdampak kerusakan-kerusakan yang juga berdampak ekonomi dan ini menjadi momok tersendiri bagi masyarakat," ucapnya, Minggu (21/12/2025)
Sayapun juga begitu, sambung Master of Economic UINSATU itu "melihat keprihatinan masyarakat kok rasanya tidak bisa tidur. Sehingga saya mencoba untuk mengalihkan bagaimana kita mengentaskan masalah lingkungan dengan mengenolkan sampah dan meningkatkan potensi ekonomi bagi seluruh penggerak-penggerak kita," imbuhnya.
Saya tidak menyebut relawan-relawan, tapi saya pasti akan menyebut seluruh penggeraknya sebagai pengusaha-pengusaha sampah. Dimana dari gerakan-gerakan sampah ini ini ada nilai ekonomis yang bisa mereka hasilkan.

Ini berkolaborasi, lanjut penggiat perempuan itu "satu sampahnya Pak Bupati menargetkan kepada sampah yangnon organik. Dimana menargetkan anak-anak sekolah. Kemudian lapisan masyarakat yang erat kaitannya dengan Ibu rumah tangga yang didalamnya ada Komunitas Sepeda Keren, Komunitas PKK dan juga ada Komunitas KWT," lanjutnya menjelaskan.
Ini kami kawinkan untuk memilah-milah sampah dengan sesuai targetnya masing-masing. Tidak ada benturan satu sama lain untuk royokan sampah. Jadi untuk menghindari royokan sampah saya sudah klasifikasikan, siapa yang bagian yang mengurus sampah limbah, siapa yang mengurus sampah elektronik. Terus siapa yang mengurus sampah jelantah. Karena jelantah ini bisa menjadi sumber pendapatan bagi ibu rumahtangga. Dan itu nanti akan dikelola diawasi oleh Ibu-Ibu PKK.
Sampah rumah tangga dikelola oleh Ibu-Ibu PKK dari jelantahnya itu. Kemudian dengan sampah yang erat kaitannya dengan sampah elektronik akan dikelola oleh kader-kader Sepeda Keren yang nanti berkerjasama juga dengan industri-industri yang ada di Kabupaten Trenggalek. Kemudian sampah yang berhubungan dengan pangan itu dikelola oleh Ibu-Ibu KWT.
Kita juga punya target satu lagi bagimana setiap rumah di pekarangan keluarga ini bisa bermanfaat. Kalau teman teman mengikuti program saya, dari dulu itu saya berusaha pekarangan di rumah itu tidak hanya menjadi tanah kosong, tapi bisa menjadi lahan pekarangan yang memang bisa membantu keluarga untuk lebih berhemat. Jadi tidak perlu membeli sayur akan tetapi bisa mengambil sayur di pekarangannya masing-masing.

Dan untuk petani, bakul etek ini bisa membantu KWT. Jadi KWT yang memproduksi tapi yang memasarkan bakul eteknya. Bakul etek tidak perlu mengambil sayur dari Tulungagung maupun dari manapun, karena sayurnya disediakan oleh ibu-ibu KWT.
Untuk output nya jadi pupuk kering, dan nantinya kita bagikan kepada petani. Jadi tidak ada lagi petani mengeluh susah cari pupuk atau pupuk terbatas. Karena di sini tidak ada lagi isu pupuk mahal.
"Cita-cita saya ingin khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai petani lebih mudah mendapatkan pupuk. Belinya juga sukarela semampunya mereka. Sementara itu cita-cita besar dari Perempuan Srikandi ini adalah mewujudkan keadilan sosial. Saya yakin dan saya yakin dan sadar bawasannya dengan adanya program ini tidak membantu semua masyarakat kita, tapi setidaknya ini upaya saya untuk mendengarkan dan juga saya yakin masyarakat bisa tidur dengan lebih nyenyak dan tidak ketakutan. Anaknya besok bisa sekolah dan keluarganya besok bisa makan apa tidak, sehingga kehidupannya sedikit bisa tenang," tandas Ibu Novita.
Sementara itu Bapak Imam Nur Hadi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, saat mendampingi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek itu menambahkan "jadi konsepnya Gerakan Perempuan Sarinah itu berawal dari kata Sarinah sendiri yang merupakan padanan kata Selesaikan Sampah Organik dan Limbah. Hari ini kita banyak sekali menghadapi problem-problematika sampah. Baik sampah Anorganik maupun sampah Organik serta sampah yang memang sudah tidak bisa diolah lagi. Nah ini nanti kita pisahkan, siapa yang akan menangani," ucapnya.

Kemarin kita sepakati untuk anorganik untuk sampah plastik dan sebagainya itu masuk ke tanahnya sekolah dengan adanya Sangu Sampah dan sebagainya. Untuk minyak jelantah itu Ibu-Ibu PKK dan untuk sampah organik itu nantinya akan kita kelola bersama dengan teman-teman Kelompok Wanita Tani.
Limbah-limbah organik di rumah tangga tentunya juga cukup tinggi. Belum lagi sampah-sampah organik yang ada di dapur MBG, kemudian dari warung, industri itu banyak sekali. Jadi kita bekerjasama dengan KWT, kemudian KWT ini yang mengelola itu. Baik menjadi pupuk organik cair maupun menjadi pupuk organik padat.
Sebagian besar KWT sudah punya kemampuan untuk hal itu, tapi tentu saja tetap dalam pengawasan dan pendampingan teman-teman dari penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian nanti arah pergerakannya juga ke situ. Dimana saat ini pupuk organik itu memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi ini sangat penting sekali untuk peningkatan produktifitas kita. Baik di lahan sawah maupun di lahan-lahan pekarangan.
"Ini harapannya karena limbahnya cukup besar dapur-dapur MBG nanti, petani kita siapkan POC dan petani mengambil. Jadi secara cuma-cuma atau gratis, hanya saja untuk sustainable kegiatan ini petani kalau bisa nyumbang seikhlasnya ke KWT. Sehingga Ibu-Ibu KWT bisa terus sustainable melaksanakan kegiatan kegiatan ini," tutup Bapak Imam.

Lebih lanjut, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Bersama, Desa Karangsoko RT. 12, RW 3, Sinta Wati menambahkan, "KWT sendiri kegiatan utamanyakita ada persepuluhan. Kemudian ada simpan pinjamsetiap tanggal 10. Setelah itu semua anggota itu harus punya kegiatan menanami lahan pekarangannya sendiri biar ada pemasukan income dari pihak perempuan untuk mensejahterakan rumah tangga kita selain dari bapak-bapak," terangnya.
Yang ditanam itu Bayam, Kangkung, Sawi, Bawang Merah, Kenikir. Itu ada semua segala sayur. Alhamdulillah dari kegiatan ini hasilnya bagus. Tiap hari itu mengikat paling banyak sampai 200 hingga 300 ikat. Apalagi kalau bulan puasa hingga menjelang lebaran.
Tangan ini sampai capek mengikat sayur dan harganyapun juga mahal kalau bulan puasa. Satu ikat itu sampai Rp. 3.000 dan kalau lebaran pertama satu ikat itu bisa sampai Rp. 4.000. Jadi kalau pas lebaran pertama itu bisa mendapatkan uang Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 1.700.000. Ini dari hasil menjual segala macam sayuran mulai dari Bayam, Sawi dan yang lainnya. Karena kalau puasa itu kan mahal dan lebaran pun juga mahal. Kadang-kadang harganya bisa sampai 2 kali lipat.

Sementara untuk kegiatan pengolahan sampah organik menjadi pupuk diakui oleh Ketua KWT ini baru pertama kali. Masih menurutnya "tapi ibu-ibu sebelumnya sudah berfikir itu bisa dibuat pupuk padat. Soalnya sisa masakan itu ketika dimasukkan kebokasi terus kemudian bersih-bersih pekarangan kita masukkan juga maka akan menjadi pupuk. Yang penting itu kalau sudah timbul belatungmaka itu bagus sekali. Jika sudah padat sudah banyak, kita angkat menjadi pupuk sayuran di lahan pekarangan," tandasnya.
#PKKTrenggalekMeroket
(TP-PKK Kabupaten Trenggalek, disadur dari Prokopim)